Senin, 15 Februari 2016

[BOOK REVIEW] LAST JOURNEY by Kezia Evi Wiadji


Judul Buku : Last Journey
Penulis : Kezia Evi Wiadji
Editor : Cicilia Prima
Penerbit : Grasindo
Terbit : November 2015
Tebal : 120 halaman
Gift dari @KeziaEviWiadji


BLURB :

Jika sehari terdiri dari 24 jam atau 1.440 menit atau 86.400 detik.
Setidaknya, aku telah bernapas di muka bumi ini selama 528 jam atau
31.680 menit atau 1.900.800 detik.

Luar biasa bukan?

Namun, pertanyaan yang muncul di benakku sejak satu bulan yang lalu
adalah berapa lama lagi jam biologisku akan berdetak mengikuti detik jam yang ada?

By the way, namaku Erika Natalia. Aku mahasiswa tingkat akhir 
Jurusan Hubungan Internasional Universitas Indonesia.
Aku penderita leukimia kronis.
Bisa jadi Korea Selatan adalah perjalanan terakhirku!



REVIEW. Here we go! 

ERIKA. Mahasiswa tingkat akhir Jurusan Hubungan Internasional di Universitas Indonesia, yang menderita leukimia kronis. Sejak dokter memvonis dirinya sakit, Erika sibuk menerka-nerka dalam hati, apa yang salah dengan hidupku? Apakah pola makanku? Pergaulanku? Atau hubunganku dengan Tuhan?

THEO. Pria tampan berkacamata tipis, berwajah bersih, berhidung mancung, dengan kedua alis mata tebal dan hampir menyambung. Sebenarnya pria ini masuk dalam kriteria pria idaman Erika. Namun sejak pertama kali berkenalan Erika berlaku ketus terhadap Theo. 

Jalan-jalan ke Korea? Pasti hal yang menyenangkan bukan? Namun tidak bagi Erika. Dari awal berangkat, dia tidak bersemangat sama sekali. Ide pergi ke Korea ini muncul karena Erika muak dikasihani. Dia merasa hidup dalam lingkaran belas kasihan. Erika kemudian memutuskan untuk pergi seorang diri ke Korea Selatan, bersama JOY Tour and Travel selama 8 hari 6 malam. Namun ketenangannya mulai terusik, tatkala seorang pria bernama Theo menyapanya di ruang tunggu bandara. Theo ini ibarat lalat, selalu mengikuti ke mana pun Erika melangkah, seakan-akan Erika membawa makanan yang beraroma tajam atau manis. Awalnya memang sungguh menjengkelkan, tapi tak lama kemudian Theo mampu membuat Erika tersenyum kembali dan mampu melupakan sejenak masalah hidupnya.

"Masa depan adalah milik mereka yang percaya akan keindahan impian-impian mereka." (hal. 43)


Kisah cinta penderita leukimia kronis yang melakukan perjalanan terakhir ke Korea Selatan ini disajikan manis oleh penulis. Karakter Erika mengalami perkembangan yang baik, awalnya merupakan gadis yang pesimis akan masalah hidupnya, lama kelamaan Erika mulai menjadi pribadi yang lebih optimis. Sedangkan Theo merupakan tokoh pria good looking yang mudah dicintai, karakternya yang ekspresif dan supel, membuatnya mudah beradaptasi dan berteman dengan orang lain. Selain Erika dan Theo, Last Journey juga diramaikan dengan kehadiran tokoh lain, yakni sepasang pengantin baru, Linda dan Herman yang kocak nan romantis, menambah kehangatan romansa cinta di dalam buku ini.

Membaca Last Journey dengan sudut pandang orang pertama, membuat kita serasa dibawa berkeliling menikmati keindahan panorama Korea Selatan secara langsung. Keindahan Jeju Island yang mendapat julukan Little Hawaii dengan Mysterious Roud dan Dragon Head Rock yang menakjubkan, Seoul dengan Nami Island - pulau romantis yang digunakan sebagai setting drama Korea Winter Sonata dideskripsikan penulis secara detail dan apik.


Buku ini berpesan bahwa apapun masalah buruk yang ditimpakan Tuhan kepada kita, bukan berarti cita-cita kita berakhir. Masih ada waktu dan kesempatan untuk mencapai kebahagiaan selama kita selalu berpikiran positif dan optimis. Pesan tersebut-lah yang penulis coba sampaikan melalui sosok Erika.

"Karena perjalanan kita setiap hari sangat berharga, kita harus berusaha menciptakannya sebagai sebuah karya besar. Setiap hari, setiap kali hilang, hilang selamanya." (hal. 71)

 

"Seandainya kita hanya mempunyai sisa waktu lima menit untuk mengatakan semua yang ingin kita katakan, setiap telepon umum pasti akan penuh dengan orang-orang yang saling menelepon untuk mengatakan bahwa mereka saling mencintai." (hal. 75)

 

"Pengharapan adalah kata-kata yang ditulis Tuhan di setiap dahi manusia". (hal. 89)  


Sebagai pembaca, menurut saya buku ini semacam paket lengkap berwisata ke negeri ginseng yang disajikan komplit dengan segala macam perlengkapan dan hal-hal yang perlu diperhatikan selama berwisata, hidangan lezat yang wajib dicicipi, hingga souvenir yang cocok dijadikan buah tangan. Namun schedule dari tour travel yang disuguhkan pada awal halaman menurut saya agak mengganggu dan sedikit membingungkan. Alangkah manis jika schedule tersebut diselipkan di antara serangkaian paragraf bab pertama.

Overall, buku bercover pink cantik ini recommended sekali bagi kalian para Hallyu pecinta Korea, karena Last Journey dibawakan penulis dengan ringan meskipun di dalamnya mengisahkan masalah berat yang dihadapi oleh seorang gadis pengidap leukimia kronis.

3.5 cups of tea untuk pria usil berkacamata tipis :)